HIDUP ADALAH PERJUANGAN

WELCOME TO MY BLOG !!

Kamis, 05 Desember 2013

Contoh Cerpen

Cerpen

Bunga Terakhir


Awan mendung nan gelap bersama hembusan angin yang melambai-lambaikan dedaunan, tak terasa sedikitpun bagi Vina, saat ia berjalan sendiri pulang dari sekolahnya. Ia terus berjalan seakan di dalam goa yang penuh dengan siksaan, tapi bukan siksaan yang terlihat nyata tapi sesungguhnya hatinyalah yang tersiksa.
Telah sembilan bulan lamanya Vina bersama Dean menjalin cinta, tapi dari hari ke hari Dean semakin berubah dan seakan tak peduli lagi padanya. Padahal Vina telah memberikan kasih sayang yang tulus pada Dean, tapi entah mengapa Dean kini berubah. Seribu tanya dalam hati dan pikiran Vina.
Suatu hari diruang kelas Vina mencoba bertanya pada Dean “Sayang, aku mau bicara”, tanya Vina. “Iya bicara apa?”, jawab Dean sambil membuka-buka bukunya. “Kenapa kamu sekarang berubah?, apa kamu tak ingat masa-masa indah dulu dan sekarang panggilan sayangmu untukku tak pernah ku dengar lagi, sebenarnya ada apa?, aku ingin kamu jujur”, tanya Vina dengan sepenuh hatinya. Dengan singkat Dean menjawab, “Kamu kan tahu aku sekarang itu sibuk”. Lalu Dean pergi begitu saja tanpa menghiraukan Vina. Seketika itu pun tetesan air mata Vina telah membasahi kedua pipinya, terlalu sakit perasaan Vina, tapi ia berusaha bertahan karena ia sangat mencintai Dean.
Malam harinya masih jelas teringat jelas dalam benak Vina tentang jawaban Dean tadi yang begitu singkat dan tak mengerti perasaan Vina. Tapi Vina tak tahu apa yang harus ia lakukan selain hanya menangis. Dalam hati Vina berkata “Aku mencintaimu Dean, kenapa kamu tak mengerti perasaanku?”. Lalu Vina mengambil sebuah buku dan menulis puisi ungkapan hatinya.
Keesokan harinya Vina berangkat ke sekolah, Ia berharap hari ini Dean bisa kembali seperti saat-saat indah dulu. Sesampainya di sekolah Vina menyapa Dean “Pagi Dean sayang”. “Iya pagi”, jawab Dean singkat. Semakin teriris hati Vina mendengarnya. Lalu mereka berjalan keruang kelas tanpa sepatah katapun.
Dua jam pelajaran telah usai dan jam selanjutnya ada tugas dari guru piket, karena guru yang mengajar sedang keluar kota menghadiri seminar jadi tidak bisa datang. Vina mengerjakan tugas itu hingga selesai, lalu Dean menghampiri Vina “Aku pinjam buku tugasmu ya, besok aku kembalikan”, pinta Dean. “Iya sayang dengan senang hati”, jawab Vina. Vina merasa senang akan hal itu, lalu ia mencoba bilang akan keinginannya, “Sayang, bolehkah aku minta sesuatu?”. Lalu Dean menjawab, “Iya minta apa?”. “Aku pengen bunga ”, pinta Vina. “Tapi aku nggak punya bunga, lagi nggak ada uang”, jawab Dean dengan sangat cuek. Mendengar hal itu perasaan Vina sangat sedih tapi ia mencoba mengerti, “Oh ya sudah nggak apa-apa”, jawab Vina.
Saat malam tiba, Vina merasakan sakit dalam tubuhnya. Ia pun memanggil ayah dan ibunya, “Ayah, ibu, tubuh Vina sakit sekali !”. Dengan segera ayah dan ibu Vina bergegas menghampirinya. “Kenapa Vin?”, tanya ibu Vina dengan perasaan cemas. “Tiba-tiba sakit bu, Vina tak tahu”, jawab Vina sambil menahan rasa sakitnya. Ayah dan ibu Vina sangat khawatir karena selama ini Vina mempunyai penyakit kanker otak dan sedang dalam masa perawatan dokter, mereka khawatir terjadi apa-apa pada Vina. Kemudian bergegas Vina dibawa ke rumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit lalu Vina di periksa oleh dokter, kemudian ayah Vina bertanya, “Bagaimana keadaan anak kami pak?”. “Maaf pak, sakit kanker otak anak bapak sedang kambuh dan harus dirawat intensif dirumah sakit”, jawab dokter itu. Ayah dan ibu Vina sangat sedih mendengar hal itu, mereka berdoa semoga Tuhan memberikan kesembuhan pada Vina.
Esok hari telah tiba, tapi tak secerah hari kemarin, awan mendung menggulung dilangit, cahaya mataharipun tak nampak bersinar. Tetesan air hujan mulai jatuh membasahi dedaunan yang hijau. Dean bergegas berangkat ke sekolahnya sebelum hujan semakin lebat. Tak lama kemudian ia sampai disekolahnya dan seragamnya sedikit basah. Ia dihampiri oleh Tara tetangga Vina. “Dean tunggu dulu !”. “Ada apa?”, tanya Dean. “Aku ingin menitipkan surat izin Vina, dia hari ini sakit jadi tidak bisa masuk sekolah”, jawab Tara sambil memberikan surat izin itu. Dean tak pernah tahu bahwa selama ini Vina mempunyai sakit kanker otak, karena Vina tak pernah menceritakannya pada Dean. Dean mengira Vina hanya sakit biasa saja.
Bunyi bel tanda masuk telah berbunyi Dean segera ke kelasnya, pelajaran jam pertama segera dimulai. Kemudian Dean mengeluarkan bukunya karena tugas kemarin akan dinilai hari ini. Tanpa disengaja buku Vina jatuh dan terdapat lembaran kertas bertuliskan puisi yang pernah dibuat Vina malam kemarin. Dean pun membaca puisi itu.
Kehadiranku dihidupmu
Seakan tak berarti lagi bagimu
Kasih sayang darimu tak ku rasa lagi
Perhatianmu tak ku dapat lagi
Candamu tak menemaniku lagi
Senyummu tak menghiasi hari-hariku lagi
Tapi ku coba bertahan
Karna,
Aku mencintaimu...
#Dear Dean...

Entah mengapa hati dan perasaan Dean tiba-tiba menjadi sedih dan teringat pada Vina yang sakit. Ia baru menyadari betapa besar cinta Vina padanya. Ia pun menyesal selama ini telah bersikap cuek pada Vina.
Sepulang sekolah Dean menemui Tara. “Tara, sebenarnya Vina itu sakit apa?”, tanya Dean pada Tara. “Vina itu sudah lama sakit kanker otak dan saat ini sedang kambuh, emang selama ini dia tak pernah cerita padamu?”, jawab Tara. “Apa?!, Sakit kanker otak?, Vina tak pernah cerita hal itu padaku, sekarang dia ada dimana?”, tanya Dean dengan penuh gelisah dan khawatir. “Vina dirawat dirumah sakit Kasih Ibu ruang 11, kau mau kesana?”, jawab Tara. “Iya aku akan segera kesana , terima kasih ya”, jawab Dean. “Iya, hati-hati”, jawab Tara.
Kemudian Dean segera bergegas menuju rumah sakit tempat Vina dirawat. Sesampainya disana Dean mencari ruangan nomor 11. Sementara itu terdengar isak tangis orang-orang yang berada didalam ruang nomor 11. Dean semakin khawatir ia pun berlari, tapi dia terlambat karena Vina telah pergi untuk selamanya. Sulit dipercaya Dean bahwa kemarin adalan pertemuan terakhir bagi Dean dengan Vina. Penyesalan dalam diri Dean begitu besar, tapi tak ada artinya lagi. Kini tak ada Vina lagi yang memanggilnya sayang, tak ada Vina lagi yang meminta bunga darinya, dan tak ada Vina lagi yang menemaninya.
Setelah pemakaman Vina selesai, Dean menghampiri kubur Vina dan duduk di samping kubur Vina. Ia memberikan sekuntum bunga mawar merah sebagai permintaan terakhir Vina padanya. Bunga mawar itu diletakkan diatas kubur Vina, dengan seribu penyesalan Dean berkata lirih, “Ini bunga untukmu sayang, aku mencintaimu, selamanya”.

By: Hindria Ariyanti Rodiah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar